Trenggiling
hidup di hutan tropis dataran rendah. Makanan utamanya adalah serangga
(semut dan rayap). Binatang ini mempunyai bentuk tubuh khas yang
memanjang dan tertutupi sisik. Panjang dari kepala hingga pangkal ekor
mencapai 58 cm. Panjang ekor mencapai 45 cm. Berat tubuh trenggiling
sekitar 2 kg.
Trenggiling
mempunyai lidah yang mampu dijulurkan hingga sepertiga panjang
tubuhnya. Lidah ini berguna untuk menangkap semut dan rayap yang
merupakan makanan utamanya. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam
sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat
perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan
badannya seperti bola. Ia dapat pula mengebatkan ekornya, sehingga
“sisik”nya dapat melukai kulit pengganggunya.
Trenggiling (Manis javanica) merupakan binatang nokturnal yang
aktif melakukan kegiatan hanya di malam hari. Satwa langka ini mampu
berjalan beberapa kilometer dan balik lagi kelubang sarangnya yang
ditempatinya untuk beberapa bulan.
Diwaktu siang
Trenggiling bersembunyi di lubang sarangnya. Diantaranya ada yang
tinggal diatas dahan pohon. Binatang ini suka bersarang pada
lubang-lubang yang berada dibagian akar-akar pohon besar atau membuat
lubang di dalam tanah yang digali dengan menggunakan cakar kakinya. Atau
ia menempati lubang-lubang bekas hunian binatang lainnya. Pintu masuk
kelubang sarang selalu ditutupnya.
Satwa unik ini
semakin hari semakin langka akibat banyaknya perburuan. Perburuan ini
dipicu oleh mahalnya harga daging dan sisik trenggiling. Di pasaran
gelap, harga daging trenggiling mencapai Rp. 1 juta per kg. Sedangkan
sisik trenggiling dihargai Rp. 9000 per keping. Daging dan sisik satwa
ini banyak diekspor ke China, Singapura, Thailand, Laos, dan vietnam
untuk digunakan sebagai bahan kosmetika, obat kuat, dan santapan di
restoran. Sisiknya sendiri sering di pakai sebagai salah satu bahan
pembuat shabu-shabu.
Karena itu, trenggiling di oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) mengategorikannya dalam “genting” (Endangered; EN) dalam IUCN Red List.
Spesies ini juga dilindungi oleh CITES sebagai Apendiks II. Oleh
pemerintah Indonesia, Trenggiling juga termasuk satwa yang dilindungi
berdasarkan PP Nomor 7 tahun 1999.
Trenggiling (Manis javanica),
selain terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan (Indonesia) juga
terdapat di negara Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar,
Thailand, dan Vietnam.
Selain Manis javica masih terdapat beberapa spesies (jenis) trenggiling lainnya seperti: M.
aurita, M. crassicaudata (Thick-Tailed Pangolin), M. crassicuadata, M.
gigantea (Giant Ground Pangolin), M. javanica culionensis, M. javanicus,
M. multiscutata, M. pentadactyla (Chinese Pangolin), M. pentadactyla
aurita, M. pentadactyla dalmanni, M. pentadactyla pentadactyla (Chinese
Pangolin), M. pentadactyla pusilla, M. temmincki,M. temminckii
(Temminck’s Ground Pangolin), M. tetradactyla (Black-Bellied
Pangolin), M. tetradactyla longicaudus, M. tricupis, M.
tricuspis (Three-Cusped Pangolin), M. tricuspis tricuspis (Tree
Pangolin).
Klasifikasi ilmiah. Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Mammalia. Ordo: Pholidota Famili: Manidae. Genus: Manis. Spesies: Manis javanica
Referensi: http://www.iucnredlist.org; zipcodezoo.com; gambar: http://www.deplujunior.org, hasanzainuddin.wordpress.com.
https://alamendah.org/2009/10/28/trenggiling-dagingnya-1-juta-per-kg/
0 Comments