Bismillah. . . . “BERUBAH!!” Itulah kata yang selalu diteriakkan Kotaro Minami saat akan berubah wujud menjadi “Ksatria Baja Hitam”. . . . Seri Kamen Rider merupakan Tokusatsu (superhero jepang) yang paling sering diperdebatkan karena dianggap merupakan tontonan anak kecil,
entah di negara mana aja yang jelas Indonesia juga termasuk. Baik, kita
flashback dulu. Beberapa tahun lalu, mungkin ketika aku masih SD atau
TK (yang tidak TK harap jangan tersinggung,hehe), temen-temen tentu
masih ingat dengan serial Kamen Rider Black itu semasa kanak-kanak? Kata
“Berubah” atau dalam versi dubbing stasiun TV swasta R*TI yang pertama
dulu masih pake istilah “Mantra Aji” (Tranlate Jepang–Jawa Kawi,=.=”),
sebenarnya diartikan dari seruan aslinya dalam bahasa Jepang yaitu
“Henshin”!! yang artinya : ”Transform” Sepertinya terjemahan “Kamen
Rider” menjadi “Ksatria” sudah tidak relavan lagi, Kamen=Bertopeng,
Rider=Pengendara Motor, tapi kok bisa-bisanya “Kamen Rider Black”
ditranslate jadi Ksatria Baja Hitam?? Kalo “Ksatria”? Yaaaaa, bolehlah!
Tapi darimana dapet kata “Baja”? Biar keren?? “Hitam” itu trademark
khusus buat “Black”, dul! Hahahay,. Yang lucunya, Kamen Rider Super One
diterjemahkan jadi “Ksatria Baja Hitam Super One”, what a bad
translation! Kenapa frasa”Baja Hitam” masih ikut juga! Hagzhagzhagz. . .
. Biasanya seorang anak akan mengingat beberapa hal seperti “Berubah,
Ksatria Baja Hitam”, yah memang kedengarannya seperti anak-anak. Pada
masa itu aku menonton serial kamen rider karena senang dengan teknologi,
animasi dan cara dia mengalahkan musuhnya, bukan pada pendalaman cerita
dan setiap karakter atau konflik batinnya. Seiring bertambahnya umur,
sepertinya doktrin “Ksatria Baja Tontonan Anak Kecil” memang membawa aku
untuk meninggalkan dunia Kamen Rider. Hingga saat aku SMP, saat Kamen
Rider Faiz ditayangkan di Indosi*r, saya mulai mengikuti Kamen Rider
lagi. Di situ saya mulai menyadari bahwa Kamen Rider Faiz yang saya
tonton mempunyai alur cerita yang berbobot, bikin penasaran dan
penggambaran karakter yang lebih dalam. Sehingga saya berani menilai
bahwa pemikiran anak kecil belum sampai kesana. Anak-anak lebih spesifik
melihat cara Kamen Rider mengalahkan musuh, gaya dia saat bertarung,
dan animasi/efek yang ada, udah, cukup itu saja. Padahal serial kamen
rider lebih berorientasi pada cerita yang berbobot dan sangat sulit
untuk dipahami oleh anak kecil. Bisa kita akui, bahwa Kamen Rider jaman
dulu alias jadul (sebelum tahun 2000), dari segi cerita mang terlalu
Childish. Tapi itu dulu, karena sejak taun 2000 terjadi perubahan
besar-besaran dalam pembuatan Film Kamen Rider, konsep penceritaan yang
dipadu drama dan angle shoot yang modern mampu menghapus kesan “tontonan
anak kecil”. Coba kita bandingkan dengan Serial P*wer Rang*r, kalo
monsternya udah mati, episode tsb seakan tidak ada hubungannya dg
episode selanjutnya, sedangkan kalo Kamen Rider masih bisa dirasakan
jembatan antara episod-episod tsb. Jika kita mau mumbuka mata, maka kita
bakal dapet fakta bahwa fans Kamen Rider buaanyak banget yang dari
kalangan remaja dan dewasa, coba aja liat di situs-situs forum. Itu
karena mereka menonton dari segi dramanya yang menyajikan konflik batin
yang menarik, kisah asmaranya, kisah sedih (bukan di hari minggu), dan
kisah-kisah lainnya layaknya drama remaja. Adegannya juga jauh lebih
dominan adegan dramanya daripada battle-nya. Oh ya! Artis ceweknya juga
mantap-mantap,hahahay,. Kalo dari sisi teknologi, tokoh berubah menjadi
Kamen Rider dengan gadget-gadget layaknya Ben10, toh namanya juga
ber-adaptasi dengan zaman, (satu kata : Keren!). Sekarang sudah tidak
jamannya ada pose-pose jadul sebelum berubah jadi kamen rider, dan juga
tidak ada lagi sesumbar-sesumbar yang tak bermutu.
Soundtrack-soundtracknya juga keren-keren, gag jadul2 or childish,. Dari
segi humor, cukup menghibur, bahkan seri Kamen Rider Den-o dan Kamen
Rider Double pazti membuat para fans-nya ngakak ngguling-ngguling,hehe,.
Karakter dari tokoh yang jadi Kamen Rider juga bermacam-macam, ada yang
heroik, ada yang o’on, egois, pendiam, culun, gengsi-nan, misterius,
bahkan ada yang agak-agak banci,. Pada intinya, adalah sebuah hal yang
kurang tepat jika Kamen Rider jaman sekarang dianggap tontonan anak
kecil. Untuk apa si pembuat film susah-susah bikin dramanya jika yang
nonton tuh Cuma anak kecil umur 5-10 tahun’an?? Coba aja kita nonton dan
mendengarkan percakapan mereka secara gamblang (dubbing voice
indonesia), aku yakin kita akan berpikir dua kali menyimpulkan maksud
dan makna dari percakapan mereka. Belum lagi jika kita melihat yang
ber-subtitle English, luwih mumed,. Percakapan mereka terlalu berat jika
dikonsumsi oleh anak kecil, lha wong orang dewasa aja kadang-kadang gag
mudeng. Jika terjadi seperti itu, sebuah hal yang ironis, menyebut itu
tontonan anak kecil tapi jika kita yang menonton kita dipaksa
mengeluarkan intelejensi agar bisa memahami jalan ceritanya. So, mana
yang benar, apakah anak-anak jaman sekarang yang cerdas terlalu cepat,
atau generasi remajanya yang gengsi dan sok dewasa??? Hagzhagzhagz. . . .
. v Sekarang kembali kepada pendapat dari masing-masing, baik yang penggemar maupun yang tidak.
https://www.kompasiana.com/achormohammad/55019692a333115d6f513638/salah-kaprah-tentang-kamen-rider
0 Comments