Zona Damai – Beberapa tahun belakang, sawit menjadi
primadona. Harganya yang terus melambung menjadikan komoditi ini menjadi
incaran banyak pihak. Pengusaha berlomba-lomba membuka kebun sawit.
Jika dulu Sumatera dan Kalimantan yang menjadi incaran, kini Sawit sudah
merambah ke Pulau Jawa. Apa dampaknya?
Direktur Sawit Watch, Abetnego Tarigan mengatakan, perkebunan kelapa
sawit di Jawa mulai berdiri sejak 10 tahun terakhir, perkebunan itu
merupakan konversi dari perkebunan-perkebunan tua seperti teh dan karet
sebelumnya. Lokasi itu berada di Jawa Barat dan Propinsi Banten.
Proporsinya sendiri 50% di Jawa Barat dan 50 % lagi di propinsi Banten.
Sebagian besar perkebunan itu milik perusahaan negara dan dikelola
oleh PTPN. Ada tren yang yang menunjukkan perusahaan perkebunan sedang
giat mengganti komoditas teh dan karet menjadi kelapa sawit, tidak hanya
di Jawa saja tetapi juga dibeberapa daerah lain.
Lalu apakah dampak perkebunan sawit itu bagi lingkungan di Jawa
Barat. Direktur Sawit Wacth Abetnego Tarigan menjawab, kalau yang pasti
secara lingkungan kita ketahui bahwa tanaman ini berakar serabut,
Menurut dia, kalau satu sampai dua batang tidak terlalu berpengaruh.
Sedangkan dulu, kawasan perkebunan yang dikonversi memiliki jenis
tanaman berakar tunggang. Belum lagi perkebunan itu dalam skala yang
luas dan besar sehingga mempengaruhi ekosistem
Selain itu, perkebunan-perkebunan tua dalam skala yang luas kalau
kita lihat kemudian dalam waktu yang singkat diganti tanaman sawit jenis
palma mempengaruhi eksosistem di situ. Berikutnya juga berbagai
informasi yang kami terima ada erosi yang permanen dan kualitas airnya
berwarna cokelat dan bisa mematikan anak-anak sungai.
Untuk di Jawa Barat memberikan pengaruh yang signifikan, karena
disekeliling perkebunan sawit ada perkebunan dan pertanian milik
masyarakat yang sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas air di
sekelilingnya. Kondisi itu akan mempengaruhi lingkungan pertanian
disana, khususnya di Jawa Barat seperti Subang, Sukabumi dan Condong,
Garut.
Menurut Abetnego Tarigan, pengaruh lahan sawit di Jawa Barat juga
menyebabkan masyarakat mengganti komoditas pertaniannya agar bisa
beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang mulai rusak. Kata dia,
adaptasi dengan mengganti komoditas akan mempengaruhi juga mata
pencaharian penduduk di sektor pertanian dan perkebunan.
Dampak Perkebunan Sawit
Direktur Sawit Watch, Abetnego Tarigan juga menjalaskan soal dampak
dan kerusakan lingkungan yang dialami masyarakat,” Masyarakat di Subang
sudah resah dan melakukan pertemuan terkait mengeringnya sumber air. Di
bengkului ada sekitar 6 ribu sawah petani yang mengubah komoditas
tanamannya menjadi menjadi tanaman perkebuna. Itu disebabkan air menjadi
berkurang, kalau mereka bertahan dengan tanaman padinya pasti tidak
sanggup karena kebutuhan airnya cukup tinggi” jelasnya.
Kerugian
dari segi sosial ada perubahan dari sumber-sumber penghidupan mereka,
mereka harus beradaptasi dengan sumber-sumber penghidupan mereka.Dampak
ekonomi itu bisa berakibat pada dampak sosial.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan
BPLHD Jabar Ratno Sadinata mengatakan, BPLHD Jawa Barat baru
menginvetarisir perkebunan sawit di Jawa Barat, kata dia, perkebunan
sawit yang sudah berizin itu ada di kawasan Condong, Garut, Jawa Barat.
Menurutnya, perkebunan di Condong sudah berdiri sejah 1985 dan jauh dari
pemukiman masyarakat sehingga tidak berdampak langsung kepada
masyarakat. Luas perkebunan sawit di Condong, Garut itu memiliki luas
3500 hektare.
Ia berkilah bahwa lahan perkebunan sawit yang ada di Subang dan
Sukabumi belum terinventarisir dan untuk itu dia akan meminta kepala
BPLH tingkat Kabupaten Kota di Subang dan Sukabumi menganalisa Amdal dan
perizinannya.
Di Kabupaten Subang sendiri, kawasan perkebunan sawit sudah menuai
dampaknya, Direktur Sawit Wacth Abetnego Tarigan mengatakan, tanaman
sawit yang memiliki umur sekitar 25 tahun akan mulai terasa dampaknya
jika pohon tersebut sudah beranjak dewasa, pohon tersebut akan banyak
membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Apalagi jika perkebunan itu dekat
dengan pemukinan dan lahan pertanian masyarakat.
Kesulitan Mengatur
Industri dan perkebunan sawit di Indonesia memang sulit sekali
diatur, beberapa ahli sudah mengeluarkan hasil penelitian soal dampak
sawit yang menyebabkan lahan menjadi kritis. Namun, menurut Direktur
Sawit Wacth Abetnego Tarigan, banyak peneliti dan dosen yang sempat
kritis dalam permasalahan itu tidak didengar oleh pemerintah karena
sawit ini dianggap sebagai penopang perekonomian Indonesia.
Jeremi di Padang, pendengar dialog ini bertanya soal emisi karbon
yang menyebabkan Amerika memboikot produk sawit dari Indonesia. Abetnego
Tarigan menjawab soal boikot Amerika, Indonesia diminta untuk tidak
terlalu reaktif soal industri sawit yang tidak mendukung penurunan
emisi karbon. Indonesia harus memberikan waktu dan memberi perhatian
terhadap masalah tersebut.
Akhirnya, konversi lahan perkebunan menjadi perkebunan sawit di Pulau
Jawa harus dihentikan. Karena Pulau Jawa sudah tidak mampu menampung
dan tidak memiliki daya dukung untuk lahan perkebunan seperti sawit. [
KBR68H]
https://zonadamai.com/2012/02/23/sawit-merambah-jawa/
0 Comments