Sebuah Desa Tradisional yang Masih Memegang Teguh Adat Istiadat
Salah satu objek wisata paling menarik yang tak bisa anda lewatkan di Jawa Barat adalah Kampung Naga yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Nama Kampung Naga sebenarnya tidak ada hubungan dengan mitos naga akan tetapi memang itu nama sebutan saja. Kampung Naga ini masih menjaga kearifan lokal dan budayanya.
Kampung Naga merupakan perkampungan tradisional dengan luas areal kurang lebih 4 ha. Ketika anda sampai di wisata Kampung Naga,
anda akan disajikan dengan pemandangan pepohonan besar yang berada di
samping kanan dan kiri jalan. Pemandangan ini akan sangat indah terlihat
sekali jika anda mulai melangkah ke tempat yang lebih tinggi dan
tentunya udara segar akan menyambut anda dengan senang hati. Tidak hanya
itu saja, anda pun akan kembali menikmati suasana pedesaan yang kental
sekali dengan pemandangan sawah dan sungai yang mengalir di sekitarnya.
Karena lokasi Kampung Naga yang
terletak agak pedalaman dan tidak dapat di akses dengan kendaraan roda
empat ataupun roda dua. Anda perlu melakukan perjalanan kaki menelusuri
ribuan anak tangga yang tentunya akan membuat anda sangat lelah. Namun
selama melakukan perjalanan tersebut, anda juga dapat menikmati
pemandangan alam sekitar yang terbilang cukup menawan, apalagi ketika
musim hujan berlangsung dimana anda akan melihat hijaunya Kampung Naga.
Kampung Naga merupakan
sebuah desa tradisional yang masih memegang teguh adat istiadat dan
mempertahankan kebudayaan yang berasal dari leluhurnya, baik bentuk
bangunan, gaya hidup dan lain sebagainya. Kampung ini berada di lembah
yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah Barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan Kampung Naga dibatasi
oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh
sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di daerah
Garut.
Penduduk Kampung Naga
ini semuanya beragama Islam. Walaupun memeluk agama Islam akan tetapi
mereka tetap menjaga warisan dari budaya leluhurnya. Apapun dari segala
sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga,
atau sesuatu yang tidak pernah dilakukan karuhunnya itu dianggap
sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal yang tidak sesuai ajaran tersebut
telah dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti telah melanggar adat, tidak menghormati karuhun, hal ini pastinya yang akan menimbulkan malapetaka bagi mereka.
Kepercayaan masyarakat
disini pada mahluk halus masih sagat dipegang kuat. Seperti percaya
adanya jurig cai, yaitu mahluk halus yang telah menempati air atau
sungai terutama bagian sungai yang dalam. Ataupun "ririwa" yaitu mahluk
halus yang suka mengganggu dan menakut-nakuti pada malam hari. Ada pula
"kunti anak" yaitu mahluk halus yang berasal dari perempuan hamil yang
telah meninggal dunia dan suka mengganggu wanita yang sedang atau akan
melahirkan.
Adapun bentuk rumah bagi masyarakat Kampung Naga
haruslah berbentuk panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu. Atap
rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah
terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap ke utara atau
ke sebelah selatan dengan memanjang kearah barat-timur. Dinding rumah
dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh
dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan
tembok, walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung (gedong).
Selain itu tumpukan batu
yang tersusun rapi dengan tata letak dan bahan alami merupakan ciri
khas gara arsitektur dan ornamen Perkampungan Naga. Sejarah/asal usul Kampung Naga menurut
salah satu versinya, bermula pada masa kewalian Syeh Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama
Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat.
Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga
disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat ilapat atau
petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat
petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga. Jarak tempuh dari kota Tasikmalaya ke Kampung Naga kurang lebih 30 kilometer, sedangkan dari kota Garut jaraknya 26 kilometer.
Untuk menuju Kampung Naga
dari arah jalan raya Garut-Tasikmalaya harus menuruni tangga yang sudah
di tembok / sengked sampai ketepi sungai Ciwulan dengan kemiringan
sekitar 45 derajat dengan jarak kira-kira 500 meter. Kemudian melaluai
jalan setapak menyusuri sungai Ciwulan sampai ke dalam Kampung Naga. Di tengah desa, tepat di samping bangunan untuk pertemuan masyarakat desa, terdapat toko sufenir khas Kampung Naga. Mungkin anda bisa membeli beberapa barang kerajinan dengan harga yang relatif terjangkau.
https://ksmtour.com/informasi/tempat-wisata/jawa-barat/kampung-naga-jawa-barat-wisata-desa-tradisional-yang-menarik.html
0 Comments