Tahukah Anda, Kota Bandung memiliki lebih dari 600 taman kota? Bahkan
jika Anda pernah berkunjung ke Bandung sekalipun, Anda mungkin tidak
terlalu memperhatikan begitu banyaknya lahan terbuka hijau di kota ini.
Hal ini menjadikan Kota Bandung memiliki banyak ruang publik, tempat
masyarakat dapat bebas mengaktualisasikan diri.
Disamping berfungsi sebagai paru-paru kota, taman kota juga cocok menjadi tempat membangun keakraban bersama sahabat, tempat alternatif untuk berwisata keluarga atau tempat untuk sekedar bersantai melepaskan kepenatan di akhir pekan.
Kota berjuluk kota Kembang ini ternyata memang memiliki sejarah yang amat panjang dalam hal perkembangan tata kota yang ramah lingkungan. Sebut saja Ijzerman Park (Taman Ganesha), Pieters Park (sekarang Taman Merdeka atau Taman Dewi Sartika), Molukken Park (Taman Maluku) dan Insulinde Park (Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani) sebagai contoh diantara sekian banyak taman kota yang pernah ada pada masa itu.
Meskipun banyak diantara taman kota peninggalan Belanda yang telah hilang atau beralih fungsi, namun muncul pula taman-taman kota baru yang muncul atas inisiatif pemerintah maupun masyarakat. Tercatat dari semua taman kota di Bandung, ada sekitar 240 taman yang secara resmi dikelola dan dipelihara pemerintah, sedangkan sisanya dikelola secara swadaya oleh masyarakat.
Perkembangan taman kota di Bandung, menurut sejarahnya banyak dipengaruhi konsep kota taman (Tuinstad) dari eropa, terutama Perancis. Sejak era Hindia Belanda, Bandung yang juga memiliki julukan 'Paris van Java' memang banyak mengadaptasi konsep taman kota di Eropa masa itu. Fungsi artistik dari Taman Kota lebih menonjol daripada fungsinya sebagai ruang publik tempat warga kota berinteraksi dengan alam. Salah satunya adalah Ijzerman Park (Taman Ganesha) yang serambi bagian atasnya kala itu menjadi tempat yang tepat untuk melihat pemandangan indah cekungan Bandung.
Namun demikian, dalam perkembangannya ciri khas sebagai taman di negara tropis lebih ditonjolkan setelah seorang maestro arsitek, Hendrik Petrus Berlage mengkritik konsep tata kota Bandung. Ia menilai konsep Kota Bandung yang 'terlalu Eropa' tidak cocok dengan lingkungan sekitarnya yang Tropis.
Bersama komunitas Bandoeng
Vooruit, kemudian dibuatlah konsep taman yang terbuka dan bebas
dikunjungi masyarakat. Keberadaan Taman kota diharapkan menjadi tempat
rekreasi sekaligus wahana studi tentang tumbuhan-tumbuhan di daerah
tropis. [Ardee/IndonesiaKaya]
https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/taman-kota-di-bandung-menelusuri-sejarah-panjang-paru-paru-kota-kembang#lg=1&slide=2
0 Comments