Menilik beberapa tahun ke belakang, istilah lanskap sangat jarang
terdengar, alih-alih digunakan dalam strategi-strategi pembangunan.
Akhir-akhir ini, istilah lanskap semakin popular digunakan dalam
berbagai kegiatan berkutat pada isu-isu pertanian, kelestarian
lingkungan, dan persaingan lahan. Istilah, dan kebijakan yang
mendasarinya mulai memperoleh posisi yang penting seiring dengan batas
antar sektor yang semakin samar akibat keterbatasan sumber daya serta
keterkaitan dalam berbagai hal, termasuk akibat dan manfaat dari sebuah
tindakan.
Pemahaman mengenai lanskap sendiri sangat beragam. Secara harfiah,
lanskap merupakan ‘ruang yang heterogen dan saling berkaitan’ sejauh
mata memandang. Dalam lanskap, terjadi hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi antara komponen abiotik (air, udara, tanah, dan sebagainya)
dan hayati (tumbuhan, hewan, manusia, dan sebagainya), yang terjadi
dalam jangka panjang. Sebagian mengartikan lanskap sebagai pemandangan
dari atas (helicopter view), dimana beragam bentuk muka bumi
dapat dilihat, seperti sungai, gunung, sawah, dan hutan.Sedangkan
sebagai sebuah sistem sosio-ekologis, lanskap juga dipengaruhi oleh
proses dan kegiatan historis, ekonomi, dan budaya yang terjadi di
wilayah tersebut.
Pendekatan lanskap mengintegrasikan kelestarian ekologi dalam mengoptimalkan manfaat secara ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karakteristik wilayah terutama kondisi alam dan budaya masyarakatnya berdampak pada ragam masalah. Hal ini kemudian mempengaruhi jenis penanganan yang diperlukan. Namun demikian, secara garis besar, pendekatan lanskap pertanian mencakup beberapa elemen utama, yaitu :
Air dan tanah
Air merupakan elemen vital untuk keberlangsungan hidup makhluk hidup dan kegiatan ekonomi di sekitarnya. Kualitas dan ketersediaan air tanah ikut mempengaruhi kualitas tanah dimana hampir semua pangan tumbuh dan hidup di atas tanah. Tanah yang sehat merupakan syarat dasar bagi keberlangsungan produksi pangan. Pemanfaatan tanah termasuk, tapi tidak terbatas pada pertanian, pembukaan hutan, dan kebakaran hutan menyebabkan penurunan kualitas tanah.
Masyarakat
Lanskap berkelanjutan tidak hanya tentang menciptakan ruang-ruang hijau atau tentang kelestarian alam, tetapi juga menerapkan desain atau praktek yang memberikan manfaat bagi masyarakat dan ekosistem secara bersamaan. Masyarakat merupakan pelaku dalam pengelolaan lanskap berkelanjutan. Kualitas kehidupan masyarakat mempengaruhi masyarakat dalam menentukan sikap dalam mengelola sumber daya alam di sekitarnya, dan sebaliknya.
Akses pasar
Bagi masyarakat yang mata pencaharian utamanya di sektor pertanian, permintaan pasar mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi, termasuk dalam menentukan komoditas yang ditanam dan praktek budidaya yang dilakukan.
Sumber:
https://www.sustainable-landscape.org/profil.php?id=2
0 Comments